Saudara-saudara sekalian, sekarang ini
banyak slogan-slogan dan demonstrasi-demonstrasi yang menyuarakan emansipasi,
dalam arti mengajak persamaan persis antara laki-laki dan perempuan. Mengajak
agar wanita mempunyai hak yang sama persis dengan kaum laki-laki. Mendapatkan
pekerjaan, jabatan kepemimpinan, dan hak persis yang dimiliki oleh laki-laki.
Keinginan persamaan yang sedemikian,
merupakan suatu hal yang sangat aneh. bagaimana disamakan sementara Allah
berfirman ;
“Dan laki-laki tidaklah seperti perempuan.” (QS
Ali ‘imran [3] ; 36)
Bagaimana disamakan sementara ilmu
pengetahuan membuktikan bahwa wanita sangat jauh berbeda dengan laki-laki.
Secara fisik terdapat perbedaan mencolok antara laki-laki dan perempuan antara
lain ;
1.
Laki-laki dalam permasalahan kehidupan lebih mementingkan rasio yang terbentuk
dari pengalaman dan bertindak. Sebaliknya wanita lebih mementingkan emosi dari
pada rasio.
2.
Dalam iri hati, pria kurang ketimbang para wanita.
3.
Laki-laki lebih memperhatikan sesuatu yang besar sementara wanita lebih
perhatian terhadap hal-hal yang kecil dan konkrit.
Jika ilmu psikologi sudah menyimpulkan
demikian, maka adalah sangat tak wajar jika ada tuntutan persamaan antara
laki-laki dan perempuan dalam segala hal.
Dikarenakan ada perbedaan inilah agama
islam menetapkan hak dan kewajiban yang berbeda antara laki–laki dan wanita.
Laki–laki dan wanita mempunyai lahan tugas tersendiri. Yang demikian bukan
berarti masing–masing jenis kelamin bertindak egois dengan tidak melibatkan
pihak lain. Namun maksudnya antara laki–laki dan perumpuan telah mempunyai
tugas pokok tersendiri, yang pelaksanaannya bisa saling membantu dan bekerja
sama.
Seiring Islam melarang wanita
diperkenankan dengan laki–laki, demikian pula Islam melarang pria dipersamakan
dengan wanita. Islam telah menetapkan bidang tugas dan penampilan yang bisa
membedakan diantara dua jenis kelamin.
Atas dasar ini, maka wanita tak
diperkenankan iri hati terhadap ciri khas kepriaan, dan juga sebaliknya.
Allah berfirman : “ Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah
kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain. (Karena) bagi orang
laki–laki ada bagian daripada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita
(pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah
sebagian dari karunia–Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu.(QS.Annisa”(4) ; 32)
Islam tak menghalangi wanita untuk
meraih prestasi, pendidikan, dan karier. Bahkan sebaliknya Islam mengajurkan
setiap muslim agar menimba ilmu pengetahuan, wawasan dan mengenyam pendidikan.
Sebab
Rasulullah sendiri bersabda :
“Mencari ilmu
pengetahuan adalah kewajiban setiap muslim”
Bahkan Islam sangat mendorong agar
masing–masing individu muslim mempunyai kelebihan, yang dengan kelebihannya ini
ia bisa memberi manfaat bagi manusia lainnya. Dan Nabi saw menilai bahwa
manusia terbaik di dunia ini bukanlah manusia yang hanyaa mendatangkan
keuntungan bagi dirinya sendiri, namun nabi mengajarkan bahwa manusia terbaik
adalah manusia yang paling bisa memberikan manfaat kepada yang lain.
Artinya manusia terbaik bukanlah
manusia yang gigih bekerja dan beribadah dan ia rasakan keuntungannya untuk
dirinya sendiri. Namun manusia terbaik adalah manusia yang dia beribadah kepada
Allah, namun pada saat yang sama ia mempunyai kelebihan keilmuan, keterampilan,
management, dan keahlian-keahlian lainnya, yang dengan kelebihannya ini ia bisa
memberi nilai manfaat bagi manusia lainnya.
Dorongan agar seseorang memberi
manfaat bagi manusia lainnya, adalah tercermin dalam sebuah hadis Rasulullah
saw :
“Sebaik-baik manusia
adalah yang mendatangkan manfaat bagi manusia lainnya”
Karenanya Islam tidak
melarang emansipasi wanita, asalkan emansipasi ini ditafsirkan sebagai
usaha-usaha perbaikan hidup wanita, pendidikan, kesejahteraan, dan wawasan,
serta seluruh aspek kehidupan, dan masih dalam bingkai aturan-aturah ilahiyah
yang telah mengatur kehidupan wanita.
Larangan Islam dalam emansipasi adalah
jika emansipasi diartikulasikan sebagai kebebasan penuh seorang wanita untuk
disamakan dengan laki-laki dalam segala-galanya. Dalam penampilan, pekerjaan,
hak dan kewajiban, dan sebagainya. Dan bagaimana akan disamakan sesuatu yang
watak dan kodrat alamiyah adalah berbeda ?
Kebebasan wanita tanpa bingkai agama,
hanyalah akan menjerumuskan wanita ke jurang kebinasaan dan kehancuran bagi
wanita itu sendiri.
ALLAH Yang Maha Tahu telah menggariskan
pedoman dan petunjuk bagi wanita demi kebahagiaan dan kesejahteraan wanita itu
sendiri. Maka sekiranya ia menjauhkan diri daripadanya, maka hanyalah akan
menunai kesengsaraan.
Kebebasaan wanita tanpa ikatan agama
akhirnya menjerumuskan wanita dalam perziahan. Mereka juga dituntut untuk
melakukan pekerjaan-pekerjaan melelahkan yang sebenarnya tak sesuai untuk
seorang wanita.
Maka marilah kita sadari bahwa tak ada
kebebasan mutlak di dunia ini.Yang ada adalah kebebasan dengan ikatan-ikatan
aturan terbaik, aturan ilahiyah, yang telah dibentuk untuk kepentingan dan
kemaslahatan manusia.
Dan hendaknya para wanita cepatlah
sadar, bahwa Islam tidak melarang wanita menuntut kemajuan dibidang ekonomi,
pendidikan dan wawasan, bahkan Islam mendorongnya. Namun kesemuanya ini adalah
dilakukan dengan batas-batas kewanitaannya. Bukan kebebasan penuh yang
disetarakan dengan laki-laki.